METODE-METODE PENANGANAN GANGGUAN KESEHATAN MENTAL
Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara
klien dengan terapis yang menyertakan prinsip-prinsip psikologis untuk
melakukan perubahan pada perilaku, pikiran,dan perasaan klien, dengan tujuan
membantu klien mengatasi perilaku abnorma, memecahkan masalah dalam kehidupan,
atau berkembang sebagai individu. Ciri-ciri psikoterapi diantaranya :
·
Interaksi yang
sistematis. Proses psikoterapi melibatkan interaksi sistematis antara klien dan
terapis. Sistematis artinya terapis mengarahkan interaksi ini dengan rencana
dan tujuan yang merefleksikan sudut pandang teoretis mereka.
·
Prinsip
psikologis. Dalam terapinya, psikoterapis menggunakan prinsip-prinsip,
penelitian dan teori psikologis.
·
Perilaku,
pemikiran, dan perasaan . psikoterapi dapat diarahkan pada domain perilaku,
kognitif, dan emosional untuk membantu klien mengatasi masalah psikologis dan
mengarah pada kehidupan yang lebih memuaskan.
·
Perilaku
abnirmal, pemecahan masalah, dan pertumbuhan pribadi. Setidaknya terdapat tiga
kelompok orang yang dibantu oleh psikoterapi. Pertama adalah orang-orang dengan
masalah perilaku abnormal seperti gangguan mood, gangguan kecemasan, atau
skizofrenia. Kedua adalah orang-orang yang mencari bantuan untuk masalah
pribadi yang tidak dianggap sebagai abnormal, seperti rasa malu sosial atau
kebingungan dalam memilih karier. Ketiga adalah orang-orang yang mencari
pertumbuhan pribadi. Bagi mereka, psikoterappi berarti self-discovery yang
dapat membantu mereka mencapai potensi-potensi mereka.
1.
Terapi Psikodinamika
Sigmund Freud
merupakan perumus teori pertama yang mengembangkan model psikologis dari
perilaku abnormal. Beliau juga pertama kali mengembangkan model pskoterapi yang
disebutnya psikoanalisis, untuk membantu oang-orang yang menerita
akibat gangguan psikolois. Psikoanalisis merupakan teori psikodinamika yang
pertama. Terapi psikodinamika membantu idividu untuk memperoleh insight
mengenai, dan mengatasi konflik bawah sadar yang dipercaya merupakan akar dari
perilaku abnormal. Freud merangkum tujuan dari psikoanalisis dengan mengatakan
dimana ada id, seharusnya disitu juga ada ego. Tujuannya lebih pada
menggantikan perilaku defensive dengan perilaku adaptif. Dengan demikian, klien
dapat menemukan kepuasan tanpa memperoleh hukuman social atau menghukum diri
sendiri.
Metode utama
yang digunakan Freud untuk mencapai tujuan ini adalah Asosiasi bebas, analisis
mimpi, dan analisis hubungan transference.
1.
Analisis bebas
Analisis bebas
merupakan proses pengungkapan tanpa sensor dari pikiran-pikiran segera setelah
pikiran masuk kebenak kita. Asosiasi bebas dipercaya secara bertahap akan
menghancurkan pertahanan yang menghambat kesadaran tentang proses bawah sadar.
Klien diminta untuk tidak menyaring aau menyensor pikiran, tetapi membiarkan
pikiran mereka mengembara secara bebas. Psikoanalisis tidak meyakini bahwa
proses asosiasi bebas benar-benar bebas. Meski asosiasi bebas dimulai dengan
pembicaraan ringan, kompuls untuk mengungkapkan akhirnya mengarahkan klien
untuk menyinkap materi yang lebih berarti.
2.
Analisis mimpi
Selama tidur,
pertahanan ego melemah dan impuls yang tidak dapat diterima menemukan
ekspresinya dalam mimpi. Karena pertahanan tidak seluruhnya dihapuskan, impuls
mengambil bentuk yang disamarkan atau disimbolisasikan. Dalam teori
psikoanalitik, mimpi memiliki dua tingkatan muatan, yaitu muatan manifes dan muatan
laten. Meskipun mimpi memiliki arti psikologis, seperti yang diyakini oleh
Freud, masih belum ada acara independen untuk menentukan arti dari mimpi.
3.
Transference
Proses analisis
dan penanganan hubungan transference dianggap komponen penting
dalampsikoanaliss. Freud percaya bahwa hubungan transference memberikan alat
untuk menghidupkan kembali koflik-konflik dengan orang tua pada masa
kanak-kanak. Freud menyebut proses ini sebagai neurosis
transference. Neurosis ini harus dianalisis dan ditangani dengan
berhasil agar klien dapat berhasil dalam psikoanalisis.
Pendekatan
psikodinamika modern
Meski psikoanalis
terus mempraktikkan psikoanalsis tradisonal, bentuk yang lebih singkat dan
kurang intensif telah muncul. Pendekatan yang lebih baru ini sering disebut “psikoterapi
psikoanalitik“, “terapi yang berorientasi psikoanalitik“, atau “terapi
psikodinamika“. Mereka dapat menjangkau klien-klien yang mencari bentuk
penanganan yang lebih singkat dan lebih murah.
Pendekatan ini
bertujuan untuk mengungkap motif-motif bawah sadar dan menghancurkan resistensi
dan pertahanan psikologis. Namun fokusnya lebih pada hubungan klien saat ini
dan mendorong klien untuk melakukan perubahan perilaku adaptif. Terapi
membutuhkan dialog yang lebih terbuka dan eksplorasi langsung dari pertahanan
klien dan hubungan transference dibandingkan bentuk tradisional.
Sejumlah terapi
psikodinamika modern lebih berfokus pada peran ego dan bukan pada peran id.
Terapis yang mengadopsi pandangan ini percaya bahwa Freud terlalu menekankan
pada impuls seksual dan agresif dan kurang menekankan pentingnya ego.
2.
Terapi Perilaku
Terapi perilaku merupakan
aplikasi sistematis dari prinsip-prinsip belajar untuk menangani gangguan
psikologis. Karena fokusnya pada perubahan perilaku, bukan perubahan
kepribadian atau menggali masa lalu secara mendalam, terapi perilaku relative
singkat, berlangsung umumnya dari beberapa minggu sampai bulan. Terapi perilaku
seperti terapi lainnya, mencoba mengembangkan hubungan terapeutik yang hangat
dengan klien, tetapi mereka percaya bahwa kemampuan khusus dari terapi perilaku
berasal dari teknik-teknik yang berbasis pembelajaran, bukan dari sifat
hubungan terapeutik.
Terapi perilaku
pertama kali memperoleh perhatian yang besar sebagai cara untuk membantu orang
mengatasi ketakutan dan fobia. Diantara metodenya adalah desensitisasi
sistematis, pemaparan bertahap, dan modeling. Desentisisasi sistematis melibatkan suatu
program terapeutik yang memperlihatkan stimuli yangsecara bertahap semakin
menakutkan sementara individu tetap merasa sangat santai. Pada pemaparan
bertahap, dipaparkan stimuli yang menimbulkan ketakutan secara bertahap sesuai
dengan kemampuannya. Pemaparan bertahap sering digabungkan dengan teknik
kognitif yang berfokus pada menggantikan pikiran irasional yang menimbulkan
kecemasan dengan pikiran rasional yang menenangkan. Pada modeling, individu
mempelajari perilaku yang diharapkan dengan mengamati orang lain melakukannya.
Terapis perilaku
juga menggunakan teknik-teknik yang didasarkan pada penggunaan hadiah atau
hukuman secara sistematis, untuk membentuk perilaku yang diharapkan. Teknk lain
dari terapi perilaku mencakup aversive conditioning, pelatihan keterampilan
social, dan teknik self-control.
3.
Terapi humanistic
Terapi
humanistic berfokus pada pengalaman klien yang subjektif dan disadari. Seperti
terapis perilaku, terapis humanistik juga lebih berfokus pada apa yang dialami
klien pada saat ini, disini dan sekarang, daripada masa lalu. Tapi, ada juga
persamaan antara terapis psikodinamika dan terapis humanistik, keduanya
mengasumsikan bahwa masa lalu mempengaruhi perilaku dan perasaan pada masa kini
dan keduanya mencoba untuk memperluas self-insight klien. Bentuk utama dari
terapi humanistik adalah terapi terpusat pada individu yang
dikembangkan oleh psikolog Carl Rogers.
Terapi terpusat
individu
Terapi
terpusat individu bersifat tidak mengarahkan. Klien yang memimpin dan
mengarahkan jalannya terapi. Terapi menggunakan refleksi, pengulangan atau
perumusan kembali dari perasaan-perasaan yang diekspresikan klien tanpa memberi
penilaian. Cara ini mendorong klien untuk mengeksplorasi lebih jauh perasaannya
dan berhubungan dengan perasaan yang lebih dalam dan bagian dari diri yang
tidak diakui karena kritikal sosial.
Rogers
menekankan pentingnya menciptakan hubungan terapeutik yang hangat yang akan
mendorong klien melakukan self-exploration dan self-expsression. Terapis yang
efektif seharusnya memiliki empat kualitas dasar, yaitu penerimaan positif
tanpa syarat, empati, ketulusan, dan kongruen.
4.
Terapi Kognitif
Terapis kognitif
berfokus untuk membantu klien mengidentifikasi dan memperbaiki keyakinan
maladaptif, jenis berpikir otomatis dan sikap self-defeating yang menghasilkan
atau menambah masalah emosional. Mereka percaya bahwa emosi-emosi negatif
seperti kecemasan dan depresi disebabkan oleh interpretasi kita terhadap
hal-hal yang mengganggu, bukan pada peristiwa itu sendiri. Disini difokuskan
pada sumbangan dua tipe terapi kognitif yang menonjol, yaitu terapi perilaku
rasional-emotif dari Albert Ellis dan terapi kognitif dari Aaron Beck.
Terapi perilaku
rasional-emotif
Albert Ellis
percaya bahwa adapsi dari keyakinan irasional dan self-defeating akan
meningkatkan masalah psikologis dan perasaan negatif. Ellis mengenali bahwa
keyakinan irasional dapat terbentuk berdasarkan pengalaman masa kecil. Untuk
mengubahnya perlu ditemukan alternatif yang rasional untuk saat ini. Terapi
perilaku rasional-emotif juga membantu klien untuk mengganti perilaku menyerang
diri sendiri atau maladaptif dengan perilaku interpersonal yang lebih efektif.
Ellis sering memberikan tugas-tugas atau pekerjaan rumah bagi klien. Ia
membantu mereka untuk berlatih atau mempraktikkan perilaku adaptif.
Terapi kognitif
Beck
Terapi ini
berfokus pada kondisi maladaptif. Terapi kognitif mendorong klien untuk
mengenali dan mengubah kesalahan dalam berpikir, yang mempengaruhi mood dan
menyebabkan hendaya perilaku, seperti kecenderungan untuk membesar-besarkan
kejadian negatif dan mengecilkan pencapaian pribadi.
Terapis kognitif
meminta klien untuk merekam pikiran-pikiran yang muncul akibat kejadian
mengecewakan yang mereka alami dan memperhatikan hubungan antara pikiran dengan
respons emosional mereka. Hal itu kemudian akan membantu mereka membantah
pikiran yang terdistorsi dan menggantikannya dengan alternatif yang rasional.
5.
Terapi Kognitif-behavioral
Terapi ini
berusaha untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus untuk
membantu individu melakukan perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata tetapi
juga dalam pikiran, keyakinan, dan sikap yang mendasarinya. Tetapi kognitif
behavioral memiliki asumsi bahwa pola berpikir dan keyakinan mempengaruhi
perilaku, dan perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku
yang diharapkan.
6.
Terapi Eklektik
Terapi ekliktik menggabungkan
teknik-teknik dan ajaran dari aliran terapi yang berbeda. Ekliktisisme memiliki
arti yang berbeda bagi terapis yang berbeda. Sebagian terapis adalah ekliktik
teknikal. Mereka mengambil teknik-teknik dari berbagai aliran terapi tanpa
harus mengadopsi posisi teoretis dari teknik tersebut. Terapis ekliktik yang
lain adalah eklektik integratif, suatu pendekatan yang mencoba mensintesis dan
mengintegrasikan pendekatan teoretis berbeda dalam suatu model terapi
integratif.
7.
Terapi Kelompok, Terapi Keluarga, dan Terapi
Perkawinan
Terapi kelompok memberi kesempatan untuk saling
mendukung dan berbagi pengalaman belajar di dalam kelompok untuk membantu
individu mengatasi kesulitan psikologis dan mengembangkan perilaku yang lebih
adaptif. Terapis keluarga bekerja dengan keluarga yang memiliki konflik untuk
membantu mereka mengatasi perbedaan-perbedaan. Terapi keluarga memfokuskan pada
klarifikasi komunikasi keluarga, mengatasi konflik peran, menghindari adanya
kambing hitam dari anggota keluarga dan membantu anggota keluarga mengembangkan
otonomi yang lebih besar. Terapi perkawinan berfokus untuk membantu pasangan memperbaiki
komunikasi dan mengatasi perbedaan-perbedaan mereka.
B.
TERAPI BIOMEDIS
Terapi biomedis biasanya dilakukan oleh dokter
medis, banyak diantara mereka yang mengikuti pelatihan spesialisasi dalam
psikiatri atau psikofarmakologi. Namun, banyak juga dokter keluarga atau
praktisi umum yang memberi resep obatpsikoterapeutik untuk pasien mereka.
Pendekatan biomedis menunjukkan keberhasilan besar dalam menangani berbagai
bentuk perilaku abnormal, walaupun mereka juga memiliki keterbatasan. Salah
satunya, obat dapat memiliki efek samping yang tidak diinginkan atau berbahaya.
1.
Terapi Obat
Berbagai kelompok obat psikotropika yang berbeda
digunakan dalam menangani berbagai jenis masalah kesehatan mental. Ini termasuk obat antikecemasan, obat
antipsikotik, antidepresan dan litiumyang digunakan untuk menangani perubahan
mood yang drastis pada orang-orang dengan gangguan bipolar.
2.
Terapi Elektrokonvulsif
Terapi elektrokonvulsif (ECT) yaitu metode
penanganan depresi berat dengan pemberian kejutan listrik pada kepala. Terapi
ini merupakan sebuah kontroversi karena beberapa alasan. Pertama, banyak orang
termasuk banyak ahli tidak merasa nyaman dengan ide pemberian kejutan listrik
melalui kepala seseorang walaupun tingkat kejutan diatur secara ketat dan
reaksi kejangnya dikontrololeh obat. Kedua adalah potensi efek samping. ECT
sering menghasilkan kesembuhan secara dramatis dari depresi berat, tetapi masih
dikhawatirkan kemungkinan terjadinya defisit kognitif seperti kehilangan
memori. Ketiga adalah pernyataan tentang keberhasilannya yang relatif. Efektivitas
relatif dari ECT dibandingkan dengan obat antidepresan, simulasi dari ECT dan
terapi kognitif-behavioral masih dalam penelitian. Keempat, tidak seorangpun
tahu mengapa ECT berhasil, walaupun diduga bahwa itu dapat membantu mengoreksi
ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Kelima, bukti menunjukkan adanya
tingkat kambuh yang tinggi setelah penanganan ECT. Walau demikian, ECT biasanya
dianggapsebagai pilihan penanganan terakhir setelah metode yang tidak terlalu berbahaya
dicoba dan gagal.
3.
Psychosugery
Psychosurgery lebih kontroversial dibandingkan ECT
dan saat ini jarang dipraktikkan. Walaupun tidak lagi dilakukan, bentuk
psychosurgery yang paling banyak digunakan adalah prefrontal lobotomy, dimana
jalur saraf yang menghubungkan talamus dan lobus prefrontal pada otak dipotong
melalui pembedahan. Walaupun operasi berhasil mengurangi perilaku kekerasan dan
kegelisahan pada banyak kasus, namun tidak selalu berhasil. Banyak efek samping
yang dihubungkan dengan metode ini, seperti hiperaktif, serangan sejenis
epilepsi, dan bahkan kematian.
C.
HOSPITALISASI DAN PERAWATAN BERBASIS KOMUNITAS
Rumah sakit jiwa memberikan penanganan lingkungan
yang terstruktur untuk orang-orang dalam krisis akut dan bagi mereka yang tidak
dapat beradaptasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pusat kesehatan mental
komunitas berusaha mencegah munculnyakebutuhan untuk hospitalisasi psikiatrik
dengan menyediakan layanan intervensi dan alternatif dari hospitalisasi penuh.
Sumber : Nevid, Jeffrey S; Rathus, Spencer A; Greene,
Breverly.2003.Psikologi Abnormal Edisi
Kelima Jilid I, Jakarta:Erlangga
Comments
Post a Comment